Sabtu, 25 September 2010

Syair atau Puisi Arab Jahiliyah

Jenis-jenis puisi Arab jahilyah antara lain:
  1. Al-Hamasat: puisiyang mengagung-agungkan kepahlawanan misalnya tentang keberanian dalam menunggang kuda, pertempuran dan sebagainya dengan maksud untuk membangkitkan semangat ketika berperang atau membangun sesuatu. Penyair zaman jahiliyah yang kuat tema hamasahnya adalah Amru bin Kultsum dan Antarah Al-Absiy.
  2. Al-Madah: berisi puji-pujian kepada seseorang, terutama mengenai kebaikannya, akhlaknya yang mulia atau tabiatnya yang terpuji. Tema ini menduduki presentase paling tinggi krena dapat digunakan untuk mencari nafkah. Misalnya Nabigah yang suka membuat madah untuk raja Al-Nu'man bin Al-munzir.
  3. Al-Fakhr: berisi pembanggaan kepada kabilah penyair atau sukunya. Tema ini mirip dengan hamasah hanya saja dalam hamasah ada tema yang membanggkan keberanian seseorang yang ikut perang. Tema hamasah dapat dimasukkan dalam fakhr tetapi tidak semua fakhr adalah hamasah. Penyair yang menulis tema ini adalah Rabi'ah bin Maqrum.
  4. Al-Ghazal: membicarakan tentang wanita, seperti penggambaran wajahnya, matanya, tubuhnya dan sebagainya selain itu juga mengungkapkan perasaan cinta dan kerinduan penyair kepedihan dan kesengsaraannya karena cinta. Penyair jahiliya yang membuat tema ini adalah Al-A'syaa dan Umru Al-Qais.
  5. Al-Ritsa: menggambarkan keputusasaan, kesedihan dan kepedihan karena ditinggalkan orang yang dicintainya seperti anaknya, ayahnya atau saudaranya. Dalam ritsa, penyair juga mengungkan sifat-sifat terpuji dari orang yang meninggalkannya, keberanian, dan kemuliannya. Terkadang penyair juga mengajak kita berpikir tentang kehidupan dan kematian. Tema ini merupakan tema yang paling banyak menyentuh jiwa karena biasanya penyair membuat puisi dari kejadian yang dialaminya. Puisi Ritsa yang paling bagus adalah puisi Duraid Bin Al-Shamat yang ditujukan kepada saudaranya, Abdullah.
  6. Al-Hija: bertemakan celaan dan cercaan, berisi kebencian, kemarahan dan ketidaksukaan penyairterhadap seseorang atau suku lain. Biasanya celaan dan cercaan itu mengandung unsur yang lucu seperti satire. tema ini memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat. Suatu kali, Zuhair bin Abi Sulma membuat puisi yang bertemakan Hija' yang ditujukan kepada Al-Harit bin Waraqa yang telah mengambil untanya dan mengikat gembalanya. Mendengar puisi tersebut, Al-Harits segera mengembalikan unta tersebut.
  7. Al-I'tidzar: menyatakan permohonan maaf. Dalam puisi ini, penyair mengungkapkan penyesalannnya atas ucapan yang tidak berkenan yang dikatakan sebelumnya dan ia meminta maaf atas ucapannya tersebut. Tema ini dianggap sebagai tema yang paling sulit karena jika kata-katanya tidak baik dan bagus, belum tentu permintamaafnya diterima. Penyair yang mahir membuat puisi ini adalah Nabigah Adz-dzubyani. Ia pernah membuat puisi Al-I'tidzar untuk Al-Nu'man Bin Al-Munzir, Raja Hira.
  8. Al-Wasfu: menggambarkan sesuatu yang simblitik dan ekspresionistik seperti penggambaran tentang keadaan alam yang ada di sekitar penyair. Misalnya ketika ia sedang berpergian dengan untanya, ia akan menggambarkan tentang padang pasir yang luas, panas matahari yamng menbakar kulit, atau dinginnya udara ketika malam tiba. Penyair yang membuat tema ini adalah Umru Al-Qais dan Abu Daud Al-Iyadiy.
Sumber: Kuliah Perkembangan Sastra Arab

0 komentar:

Posting Komentar

 

Site Info



Free Page Rank Tool

Komen Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.