Dalam definisi sebelumnya disebutkan kalau matsal lahir dari suatu peristiwa dan menjadi terkenal. Berikut ini contoh dari kisah-kisah matsal yang terkena di kalangan orang Arab yang terjadi pada masa jahiliyah:
Kisah matsal ini sebagai berikut:
Seorang Arab mengutus anaknya untuk mencari unta-unta yang hilang, namun anaknya tak kunjung pulang, maka pergilah sang ayah untuk mencari anaknya tersebut pada bulan Haram. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda dan menemaninya,sang pemuda tersebut dan berkata: beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan seorang pemuda dengan ciri-ciri begini dan begini dan aku rampas pedang ini darinya, sang ayah berfikir dan melihat pedang tersebut, barulah ia sadar bahwa pemuda inilah yang membunuh anaknya, sang ayah pun menebas pemuda itu tadi hingga mati, ketika masyarakat mengetahui hal tersebut mereka mengatakan: “mengapa kau membunuh di bulan Haram”, sang ayah berkata:
Sumber:
H. Wildana Wargadinata, Lc., M.Ag dan Laily Fitriani, M.Pd. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press.
سبق السيف العذل
“Pedang telah mendahului celaan”
Matsal ini semakna dengan peribahasa Indonesia “nasi sudah menjadi bubur” dimana celaan tidak mampu merubah kejadian yang telah terjadi.Kisah matsal ini sebagai berikut:
Seorang Arab mengutus anaknya untuk mencari unta-unta yang hilang, namun anaknya tak kunjung pulang, maka pergilah sang ayah untuk mencari anaknya tersebut pada bulan Haram. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda dan menemaninya,sang pemuda tersebut dan berkata: beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan seorang pemuda dengan ciri-ciri begini dan begini dan aku rampas pedang ini darinya, sang ayah berfikir dan melihat pedang tersebut, barulah ia sadar bahwa pemuda inilah yang membunuh anaknya, sang ayah pun menebas pemuda itu tadi hingga mati, ketika masyarakat mengetahui hal tersebut mereka mengatakan: “mengapa kau membunuh di bulan Haram”, sang ayah berkata:
سبق السيف العذل
“pedangku telah mendahului celaan kalian”. Matsal ini kita ucapkan kepad seseorang yang mnyesali perkara yang telah lalu.Sumber:
H. Wildana Wargadinata, Lc., M.Ag dan Laily Fitriani, M.Pd. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press.
0 komentar:
Posting Komentar