Selasa, 07 Desember 2010

Hubungan antara Dialek dan Bahasa Baku

Sebagian ilmuan berpendapat bahwa tidak ada garis pemisah yang jelas antara satu dialek dengan dialek yang lain atau antara dialek denga bahasa baku. Juston Berry salah seorang ilmuan yang sependapat dengan pandangan ini mengatakan: “Tidak ada batasan hakiki yang membedakan antara bahasa orang-orang Perancis Utara dengan Perancis Selatan. Bentuk tuturan bahasa rakyat di Perancis membentang di seluruh negeri  yang sulit dibedakan antara bahasa suatu suku dengan suku yang lain.”


Yohan Smith mengemukakan sebuah teori yang disebut dengan Teori Gelombang. Teori ini mengatakan bahwa setiap fenomena bahasa membentang di seluruh negeri seperti bentangan gelombang. Setiap gelombang mengalami perkembangan secara bertahap tanpa disadari dan dirasakan dan tidak ada batas tertentu. Jadai antar dialek dan bahasa baku tidak dapat dibedakan tetapi sebagai ilmuan ada yang berpendapat bahwa antara suatu dialek dengan dialek lain dapat dibedakan. Salah satu ilmuan yang berpendapat demikian adalah Antoan Milh. Dia mengatakan bahwa kita dapat mengatakan bahwa dialke itu benar-benar ada dan juga ada perbedaan antara suatu dialek dengan dialek lainnya.  Terdapat sejumlah karakteristik yang menunjukkan kemiripan antar dialek.  Di setiap daerah terdapat dialek tertentu yang memiliki karakteristik yang sama dan terdapat pula dialek yang memiliki karakteristik yang berbeda. Sebagai contoh dialek Yaman dan Saudi. Kedua dialek ini pada dasarnya adalah satu dialek. Keduanya memiliki sejumlah karakteristik yang jelas yang sulit sekali dibedakan.

Perbedaan antar dialek terkait dengan rasa bahasa penutur dialek suatu daerah, rasa bahasa bahwa mereka menggunakan dialek tertentu, bukan dialek yang dipakai oleh daerah sekita mereka. Atas dasar inilah sebagian ilmuan memberikan definisi bahwa dialek adalah tindak tutur yang memiliki ciri-ciri bahasa daerah tertentu dan ciri-ciri ini dimiliki oleh semua penutur pada lingkungan tertentu pola.

Hubungan antar dialek dengan bahasa baku adalah hubungan antara khusus dan umum karena daerah dialek sangat sempit dan merupakan bagian kecil dari daerah bahasa baku yang sangat luas. Daerah bahasa baku mencakup bayak dialek, yang masing-masing memiliki ciri-ciri umum. Bahasa baku memudahkan setiap penutur dialek berkomunikasi satu sama lain, serta memahami dialog yang terjadi diantara mereka.

Bahasa baku tadinya adalah dialek, lali terjadi berbagai faktor yang mengakibatkan punahnya bahasa ibu. Setelah itu dialek-dialek yang lahir dari bahasa ibu itu menyebar ke berbagai penjuru di muka bumi dengan karakteristik masing-masing. Hal ini terjadi bagi bahasa-bahasa semit yang tadinya adalah dialek-dialek bagi bahasa ibu (Sam) yang telah punah. Contoh lain adalah bahasa Latin yang merupakan induk dari dialek-dialek Romawi yang kemudian menjadi bahasa Italia, Perancis, dan Spanyol. Bahasa Arab pun kini memiliki banyak dialek.

Dalam pandangan para lingusi Arab, hubungan antara dialek dan bahasa baku tidak jelas. Oleh karena itu sebagian diantara para linguis Arab itu ada yang mencampuradukkan antara dialek dengan bahasa baku dan menganggap dialek sebagai bahasa baku dalam bentuk lain. Mereka pun punya argumentasi tentang masalah ini. Hasil penelitian mereka tentang dialek-dialek itu sangat sedikit sekali.

Para lingusi Arab modern menyadari pentingnya memahami dialek-dialek kuno itu karena berbagai alasan:
  1. Kajian tentang dialek Arab modern mengahruskan merujuk kepada dialek kuno. Lebih banyak daripada merujuk kepada bahasa baku/fusha
  2. Kajian dialek bahasa Semit kuno dapat member jawaban atas pertanyaan pelik. Apakah bahasa Arab fusha dan bahasa yang dipakai dalam puisi merupakan perpaduan darisekian banyak dialek atau berasal dari dialek sutu suku. Yang kemudian oleh para penyairdijadika acuan dalam menyusun puisi
  3. Kajian dialek kuna bermanfaat untuk mengetahui sumber-sumber qira’at Al-Quran yang telah diriwayatkan tanpa merujuk satu dialek pun.
Akan tetapi terdaoat sejumlah kesulitan dalam mengkaji dialek Arab kuno antara lain:
  1. Pekerjaan ini mengharuskan membaca berbagai karya tulis berbahasa Arab karena perhatian pada kajian kebahasaan tidak hanya diberikan oleh pakar bahasa Arab saja tetapi juga oleh pakar-pakar lain, seperti pakar geografi, sejarah, filsafat, kedokteran dan lain-lain. Oelh karena itu seringkali ditemukan pembahasan tentang bahasa dalam buku-buku ilmiah non-bahasa.
  2. Para pakar bahasa klasik tidak pernah menetukan asal-muasal suku suatu dialek. Sebagai conto kata مكيول ، مديون ، مهيول  setelah diteliti ternyata adalah dialek suku Tamim, oleh pakar bahasa klasik tidak pernah disebutkan dari suku apa.
  3. Istilah-istlah yang dipakai oleh para linguis Arab klasik sering membingungkan seperti istilah لغة  (bahasa baku) sering mereka gunakan untuk menyebut لهجة  (dialek).
  4. Para linguis Arab klasik menganggap dialek bahasa Quraisy sebagai dialek yang paling fasih sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai predikat bagi dialek-dialek lain selain dialek Quraisy sepert dialek fasih, dialek buruk, dialek rendahan, dialek lemah, dialek langka dan lain-lain.
  5. Banyaknya pemalsuan dan kerusakan tulisan pada naskah-naskah klasik yangmemuat dialek-dialek Arab klasik telah merusak akurasi tulisan pada naskah-naskah tersebut yang tentunya menyulitkan peneliti dalam mengkajinya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Site Info



Free Page Rank Tool

Komen Terbaru

Diberdayakan oleh Blogger.