Gambir
Gambir bukan berasal dari ramuan pelengkap makan sirih. Lapangan Gambir, sekarang Monas, berasal dari nama seorang Letnan Zeni Belanda berdarah Perancis bernama Gambier.
Pada awal 1800-an Gambier ditugaskan Gubernur General Daendels untuk membuka belukar demi perluasan kota Batavia ke selatan. Maka sempatlah nama Letnan itu diabadikan sebagai nama lapangan yang berhasil digarapnya.
Namun pemerintah Kolonial kemudian meresmikan lapangan itu dengan nama Koningsplein. Nama ini digunakan sampai penjajahan Belanda berkakhir. Tapi di lidah orang Betawi lebih akrab lapangan ini dengan nama panggilan lapangan Gambir. Bahkan Belanda akhirnya menamakan bazar tahunan di lapangan ini sebagai Pasar Gambir, meskipun mereka tetap tidak mengubah nama Koningsplein.
Pada awal 1800-an Gambier ditugaskan Gubernur General Daendels untuk membuka belukar demi perluasan kota Batavia ke selatan. Maka sempatlah nama Letnan itu diabadikan sebagai nama lapangan yang berhasil digarapnya.
Gambir tempo dulu
pasar gambir dulu
Lapangan Gambir ini dulu adalah tempat diadakannya pasar malam yang beken dikenal dengan Pasar Gambir pada 1906, diadakan khusus untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina. Dulu terdapat berbagai restoran, mulai dari tempat minum bir, es krim, ruang dansa dan berbagai kerajinan dari Jawa maupun Eropa. Sejak tahun 1921, pasar Gambir berlangsung tiap tahun. Namun, sejak beberapa tahun lalu, keramaian ini dipindah ke Kemayoran dan berubah menjadi Pekan Raya Jakarta. [greenmap]
Pejambon
Di sebelah timur lapangan Gambir ada kampung Pejambon. Jambon artinya warna kemerahan. Di sini pada abad ke-18 adalah tempat mewarnai kain.
Gunung Sahari tempo dulu
Stasiun Gondangdia
Gondangdia tempo dulu
Sumber
Ridwan Saidi, 1997, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, Dan Adat Istiadatnya, PT. Gunara Kata, Hlm. 25
Ridwan Saidi, 1997, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, Dan Adat Istiadatnya, PT. Gunara Kata, Hlm. 25
0 komentar:
Posting Komentar